Inilah sesosok adek kecil yang sayang sama kedua kakaknya ^_^
Selasa, 11 November 2014
Pulp Capping
Kali ini ngepost hasil tutorial yang aku dapat waktu kuliah kemarin- kemarin yaitu tentang pulp capping..
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pulpa Gigi adalah struktur gigi terdalam
atau dibawah lapisan dentin berupa rongga yang berisi jaringan pulpa,
didalamnya ada jaringan limfe atau cairan getah bening, jaringan ikat dan
pembuluh darah arteri dan vena (Tarigan, 2006). Pulpa gigi banyak memiliki
kemiripan dengan jaringan ikat lain pada tubuh manusia, namun ia memiliki
karakteristik yang unik. Di dalam pulpa terdapat berbagai elemen jaringan
seperti pembuluh darah, persyarafan, serabut jaringan ikat, dan sel-sel seperti
fibroblast, odontoblast dan sel
imun.
Berbagai bakteri, injuri baik fisis maupun kimia dapat menyebabkan
terjadinya penyakit pulpa. Salah
satu penyakit pulpa adalah pulpitis reversible, suatu kondisi inflamasi pulpa
ringan sampai sedang, tetapi pulpa masih mampu kembali pada keadaan tidak
terinflamasi setelah stimuli ditiadakan. Perawatan yang dapat
dilakukan untuk pulpitis reversible selain menghilangkan penyebab adalah dengan
pulp capping. Pulp capping dibagi menjadi dua, indirect pulp capping dan direct
pulp capping. Di dalam laporan tutorial kali ini akan dibahas tentang indikasi,
kontraindikasi, serta prosedur perawatan dari indirect pulp capping maupun
direct pulp capping.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja indikasi, kontraindikasi, serta
bagaimana prosedur perawatan dari indirect pulp capping?
2. Apa saja indikasi, kontraindikasi, serta
bagaimana prosedur perawatan dari direct pulp capping?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui indikasi, kontraindikasi, serta
bagaimana prosedur perawatan dari indirect pulp capping.
2. Untuk mengetahui indikasi, kontraindikasi, serta
bagaimana prosedur perawatan dari direct pulp capping.
BAB II
PEMBAHASAN
Pulp capping merupakan suatu
aplikasi selapis atau lebih material pelindung atau bahan
untuk perawatan di atas pulpa yang
terbuka, misalnya hidroksida kalsium,yang akan merangsang
pembentukan dentin reparatif (Harty, 1995). Sedangkan menurut Tarigan (2002),
pulp capping adalah suatu tindakan perlindungan terhadap pulpa vital
dengan cara memberikan selapis tipis material proteksi pada pulpa yang hampir
terbuka (masih tertutup selapis tipis dentin). Obat yang digunakan
adalah Ca(OH)2 yang berkhasiat merangsang odontoblas
untuk membentuk dentin sekunder. Tujuan pulp capping yaitu:
Melindungi pulpa dari bahan tumpatan, kelengkapan suatu tumpatan, membantu
pengobatan, dan membantumelekatkan tumpatan, memberikan fungsi protektif
terutama berupa pencegahan kuman atautoksinnya, yang umumnya berada di sekitar
tumpatan, memasuki tubulus dan mengiritasi pulpa, untuk menutupi dentin yang
terbuka, melindungi pulpa dari iritasi bahan tumpat, mempertahankan vitalitas
pulpa. (Ford, 1993 dan Andlaw, 1992).
Umumnya penyakit dan kelainan gigi pada
anak merupakan salah satu gangguan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
anak. Sejak gigi susu mulai tumbuh, walaupun gigi anak hanya merupakan gigi
susu yang keberadaannya hanya sementara, namun kesehatan gigi susu berpengaruh
terhadap kesehatan gigi anak di kemudian hari. Oleh karena itu perawatan gigi
sulung mempunyai beberapa tujuan yang diantara lainnya ialah:
1. Memertahankan gigi
2. Mencegah tanggal prematur
3. Mempertahankan lengkung gigi
4. Menghilangkan infeksi dan radang
kronis
5. Mempertahankan fungsi estetik
6. Mempertahankan fungsi mastikasi
7. Mempertahankan fungsi fonetik
8. Mengurangi rasa sakit atau tidak
nyaman
Teknik
perawatan pulp capping dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu
secara tidak langsung (indirek) dan secara langsung (direk).
2.1
INDIRECT PULP CAPPING
Indirect pulp capping
adalah perawatan endodontik pada gigi vital dengan pulpa yang masih dilapisi
selapis dentin tipis, tetapi pulpa belum mengalami peradangan yang presisten
dengan memberikan
bahan terapetik pada kavitas. Hal ini bertujuan untuk menjaga kevitalan pulpa
dengan membentuki dentin reparative.
A. Indikasi Indirect Pulp Capping
Indirect
Indikasi dari perawatan indirect
pulp capping diantaranya yaitu:
-
Karies yang dalam tetapi masih tersisa selapis tipis
dentin
-
Lesi dalam dan tanpa gejala yang secara
radiografik sangat dekat ke pulpa tetapi tidak mengenai pulpa
-
Gigi vital
-
Rampan karies
-
Fraktur mengenai dentin
-
Tidak ada keluhan spontan
-
Pulpitis reversible
-
Tanpa adanya gejala inflamasi
-
Pada gigi sulung atau gigi permanen muda
B. Kontraindikasi Pulp Capping
Indirect
Kontraindikasi dari perawatan indirect
pulp capping diantaranya yaitu:
-
Adanya rasa sakit spontan
-
Nyeri pada malam hari
-
Adanya pembengkakan
-
Fistula
-
Peka terhadap perkusi
-
Gigi goyang secara patologik
-
Resorpsi akar eksterna
-
Resorpsi akar interna
-
Radiolusensi di periapeks atau di antara
akar
-
Kalsifikasi jaringan pulpa.
C.
Prosedur Perawatan Indirect Pulp Capping
Pada Kunjungan pertama:
1.
Diagnosa
2.
Asepsis
Berbagai
bahan kimia dan teknik telah digunakan untuk membuag dan mengahancurkan
kontaminan bakteri dari dari permukaan gigi, cengkeram, dan karet
sekelilingnya. Bahan kimia yang dipakai antara lainalkohol, senyawa ammonium
kuaterner, natrium hipoklorit, ioium organic, garam-garam merkuri, dan hydrogen
peroksida.
3.
Isolasi daerah kerja menggunakan rubber
dam atau cotton roll
4.
Preparasi cavity entrance dan pembersihan
Jaringan Karies
Kedalaman
penetrasi lesi karies bukanlah memberi pengaruh yang bermakna pada ragangan
akhir preparasi. Bila ragangan preparasi hampir selesai dibuat maka dilakukan
evaluasi pengukuran penetrasi lateral dari karies dengan menggunakan sonde.
Jika ada karies dentin yang besar, eksavasi tidak menghilangkan karies yang
terletak didekat pulpa. Lesi ini dapat dibersihkan dengan menggunakan bur bulat
atau eksavator genggam. Bila digunakan dengan bur, sebaiknya bur kecepatan rendah
untuk mencegah pembuangan yang berlebihan. Ukuran mata burnya harus besar dan
disesuaikan dengan besar gigi dan besar karies dentin yang tertinggal. Sewaktu
karies dentin ini disingkirkan, warna dan tekstur dentin yang tinggal dapat
digunakan sebagai penuntun untuk mengetahui preparasi yang tepat.


5.
Membersihkan permukaan preparasi
Setelah
preparasi kavitas, permukaan email dan dentin biasanya ditutupi oleh sisa
selapis tipis debris yang melekat erat. Penyingkiran lapisan tipis ini dapat
mengganggu kemapuan adaptasi terhadap dinding kavitas. Keadaan ini dapat
terdeteksi pada waktu penempatan restorasi, atau yang lebih buruk lagi, tidak
begitu nyata terlihat sampai beberapa waktu kemudian. Demikian pula, sifat
optimal semen gigi, khususnya semen polikarboksilat sangat dipengaruhi oleh
kebersihan permukaan preparasi pada waktu penambalan.
Dalam
hal ini dilakukan irigasi dengan menggunakan aquades steril dan larutan natrium
hipoklorit ( NaOCl ) secara bergantian dan diakhiri dengan aquades steril. Lalu
kavitas dikeringkan menggunakan catton pelete.
6.
Meletakkan subbase
Bahan
yang biasanya digunakan adalah calsium hidroksida (Ca(OH)2) Sampai
saat ini, kalsium hidroksida merupakan bahan indirect pulp capping yang paling
populer sebagai terapi pulpa vital. Kalsium hidroksida tersedia dalam bentuk
suspensi cair, bubuk, atau pasta. Kalsium hidroksida diberikan sebagai pelapik
yang banyak mengandung kalsium di atas dentin yang baru dipotong atau sebagai
insulator di atas bagian kavitas yang lebih dalam. Bentuk pasta adalah yang
paling populer karena bahan ini dapat
dengan mudah dipakai dan mengeras dengan cepat. Jenis bahan ini dipakai dengan
menggunakan instrumen yang sama untuk mencampur bahan.
Sebelum
penempatan bahan, instrumen harus benar-benar bersih karena sebagian pelapik
bahan ini harus ditempatkan dengan sangat tepat untuk menghindari noda-noda
yang berserakan di semua tempat. Bahan pelapik mngeras dengan sangat cepat
setelah dicampur, sehingga harus ditempatkan langsung setelah pencampuran.
Temperatur mulut mempercepat reksi
pengerasan ini. Kelembaban yang
meningkat juga akan mengurangi waktu pengerasan.
7.
Melapisi subbase dengan base
Base
(basis) adalah bahan yang digunakan dalam bentuk yang relative tebal untuk
menggantikan dentin yang sudah rusak dan untuk melindungi pulpa dari iritasi
kimia dan fisik. Bahan basis berfungsi
sebagai pelindung terhadap iritasi kimia, menghasilkan penyekat terhadap panas
dan menahan tekanan yang diberikan
selama pemampatan bahan
restorative. Kebutuhan akan pelindung sebelum merestorasi bergantung pada perluasan lokasi preparasi
dan material restorasi yang akan digunakan.
Basis
(biasanya 1-2 mm) digunakan untuk memberikan perlindungan termal untuk pulpa
dan menambahkan dukungan mekanis untuk restorasi dengan mendistribusikan stress
local dari restorasi ke permukaan dentin di bawahnya.
Bahan
yang biasa digunakan adalah Zinc Oxide Eugenol, ZOE Merupakan semen tipe
sedatif yang lembut. Biasanya disediakan
dalam bentuk bubuk dan cairan, berfungsi sebagai basis insulatif (penghambat).
Semen ini sering dipakai karena bersifat paling sedikit mengiritasi dan
memiliki pH mendekati 7. Eugenol memiliki efek paliatif terhadap pulpa dan
dapat meminimalkan kebocoran mikro serta memberikan perlindungna terhadap
pulpa. Campuran konvensional dari oksida seng dan eugenol masih lemah. Oleh
karena itu produk OSE diperkuat dengan menambahkan polimer sebagai penguat.
Untuk mencampur
semen ini lebih sering digunakan kertas pad dibanding glass
plate. Bubuk dalam jumlah secukupnya ditambah beberapa tetes eugenol
dan diaduk sampai mencapai suatu
tekstur yang kental bila dipegang jari tidak lengket. Sebagian kecil kira-kira
seukuran biji wijen dilengketkan pada ujung eksplorer dan dioleskan dengan hati-hati kedalam kavitas. Hindari mengenai
tepi-tepi kavitas. Kapas yang sangat
kecil dijepit dengan pinset dan
digunakan sebagai alat untuk ”menekan” bahan tersebut dan membentuknya di dalam
kavitas. Semen yang baru diaduk cenderung lengket ke instrument logam atau
plastik, karena itu kapas harus kering. Penambahan bahan sisa dilakukan
berulangkali dengan cara yang sama sampai diperoleh ketebalan yang cukup.
8.
Tumpatan Sementara
Kebutuhan
bahan restorasi sementara bervariasi tergantung pada lama, tekanan oklusal dan
keausan, kompeksitas kavitas akses dan banyaknya jaringan gigi
yang hilang. Restorasi sementara
harus bertahan satu sampai beberapa minggu.
Cavit
G ( ESPE /premier
USE) merupakan bahan
yang mengandung calcium sulfat
polifynil chlorida asetat. Bahan ini bersifat
ekspansiv waktu mengeras,
karena penggunaanya mudah dan mempunyai kerapatan yang baik dengan dinding kavitas, digunakan
untuk waktu antar kunjungan yang singkat, kekuatan komprehensifnya yang rendah
dan mudah hilang oleh pemakaian. Cara meletakkan kekavitas adalah sebagaian
demi sebagian pada dinding kavitas dengan
instrument plastis (system incremental), kelebihan bahan dibuang dan
permukaan tumpatan dihaluskan dengan
kapas basah. Setelah penumpatan sebaiknya gigi tidak dipakai untuk mengunyah
paling tidak selama 1 jam.


Pada Kunjungan Kedua:
1. Tumpatan
sementara dibuka
2. Melakukan
tes vitalitas, tes perkusi dan tes tekan
a. Tes
termal panas
Tes termal
digunakan untuk melihat
apakah gigi masih
dalam keadaan vital atau tidak. Rangsangan
yang menyebabkan ekspansi
pulpa panas dapat
diperoleh dari guta perca yang dipanaskan. Lokasi yang diperiksa adalah
daerah servikal gigi, karena tubuli dentin lebih banyak dan lapisan enamel
lebih tipis sehingga rangsangan mudah dihantarkan. Bila timbul reaksi nyeri
nyeri hebat akibat tes termal, maka dapat dikurangi dengan melakukan tes termal
yang berlawanan.
b. Tes
termal dingin
Tes termal dingin akan menyebabkan
vasokontriksi. Rangsangan yang dapat menyebabkan kontraksi pulpa diperoleh dari
bulatan kapas kecil yang disemprot etil klorida atau es berbentuk batang kecil.
Bulatan kapas yang disemprot klor etil akan diletakkan didaerah servikal.
c. Perkusi
Mengetuk mahkota gigi dengan
menggunakan pangkal kaca mulut untuk mengetahui nyeri dengan melihat ekspresi
penderita.
d. Druk
Mengetahui penjalanan keradangan
dengan cara meletakan pangkal kaca mulut di atas mahkota gigi kemudian
penderita di minta menggigit
perlahan-lahan untuk mengetahui nyeri dengan melihat ekspresi penderita.
3. Menanyakan
Keluhan penderita
Setelah melakukan tes termal
dan tes tekan serta tes perkusi lalu
tanyakan keluhan penderita, apabila sudah tidak ada keluhan maka langsung
dilanjutkan dengan tumpatan tetap sesuai dengan lesi kariesnya.

2.2
Direct Pulp Capping
Pemberian bahan
terapitik / medikamen pada daerah pulpa yang terbuka untuk merangsang
terbentuknya barrier atau dentin reparatif yaitu dentin barrier atau calcific
barrier.
Keuntungan direct pulp
capping antara lain mempertahankan ketuhan dan vitalitas pulpa, memperbaiki dan
penutup pulpa yang terbuka, menghemat waktu perawatan, mempertahankan fungsi
gigi. Perawatan ini dapat dilakukan terhadap gigi yang pulpanya terbuka karena
karies atau trauma tetapi kecil dan diyakini keadaan jaringan di sekitar tempat
terbuka itu tidak dalam keadaan patologis. Dengan demikian pulpa dapat tetap
sehat dan bahkan mampu melakukan upaya perbaikan sebagai respons terhadap
medikamen yang dipakai dalam perawatan pulp capping.
A. Indikasi Direct Pulp Capping
Indikasi
dari perawatan Direct Pulp Capping diantaranya yaitu:
-
Gigi sulung dengan pulpa terbuka karena sebab mekanis
dengan besar tidak lebih dari 1mm persegi dan di kelilingi oleh dentin bersih
serta tidak ada gejala.
-
Gigi permanen dengan pulpa terbuka karena sebab
mekanis atau karena karies dan lebarnya tidak lebih dari 1 mm persegi dan tidak
ada gejala.
-
Pulpa masih vital.
-
Hanya berhasil pada pasien di bawah usia 30 tahun,
misalnya pulpa terpotong oleh bur pada waktu preparasi kavitas dan tidak
terdapat invasi bakteri maupun kontaminasi saliva.
B. Kontraindikasi Direct Pulp Capping
Indikasi
dari perawatan Direct Pulp Capping diantaranya yaitu:
-
Nyeri spontan – nyeri pada malam hari.
-
Pembengkakan.
-
Fistula.
-
Peka terhadap perkusi.
-
Gigi goyang secara patologik.
-
Resorpsi akar eksterna.
-
Resorpsi akar interna.
-
Radiolusensi di periapeks atau di antara akar.
-
Kalsifikasi jaringan pulpa.
-
Terbukanya pulpa secara mekanis dan instrumen yang
dipakai telah memasuki jaringan pulpa.
-
Perdarahan yang banyak sekali pada tempat terbukanya
pulpa.
-
Terdapat pus atau eksudat pada tempat terbukanya
pulpa.
C. Prosedur Perawatan Direct Pulp Capping
a. Pada lapisan
dentin yang keras
Kunjungan Pertama:
1. Asepsis
Berbagai
bahan kimia dan teknik telah digunakan untuk membuag dan mengahancurkan kontaminan
bakteri dari dari permukaan gigi, cengkeram, dan karet sekelilingnya. Bahan
kimia yang dipakai antara lainalkohol, senyawa ammonium kuaterner, natrium
hipoklorit, ioium organic, garam-garam merkuri, dan hydrogen peroksida. Teknik
yang efektif adalah sebagai berikut:
a)
Plak dibuang dengan karet dan pumis
b) Pemasangan
isolator karet
Pemasangan
isolator karet merupakan hal yang harus dilakukan . pemasangan isolator karet
pada gigi normal, dengan beberapa latihan, hanya memerlukan waktu kira-kira
setengah menit. Walaupun demikian dipraktek pribadi masih jarang dilakukan
pemasangan isolator karet ini. Keuntungan pemakaian isolator karet ini adalah:
a) Mencegah tertelannya instrument
endodontik yang digunakan.
b) Daerah kerja kering dan jelas
serta mudah didesenfeksi.
c) Melindungi gusi, lidah dan pipi
dari trauma iatrogenic.
d) Mempersingkat waktu perawatan
yang dilakukan dokter gigi.
Sedangkan kerugiannya adalah:
a)
Mempersulit foto rontgen
b) Dapat
terjadi trauma pada papilla gingival.
Sterilisasi
adalah proses pemusnahan semua mikroorganisme. Disinfeksi bakteri berarti
menghilangkan organisme vegetative yang menyebabkan penyakit. Instrument yang
digunakan dalam perawatan endodontik memerlukan disinfeksi, tetapi hal ini
tidak begitu memuaskan karena tiga alasan yaitu:
a) Metode
disenfeksi yang digunakan tidak dapat bergantung pada eliminasi organisme yang
dapat menyebabkan penyakit.
b) Organisme
yang secara normal adalah nonpatogenik dapat menimbulkan penyakit jika
memperoleh tambahan jaringan yang nekrosisatau rusak yang terdapat dalam ruang
pulpa atau region periapeks.
c)
Instrument yang berkontak dengan cairan tubuh dapat memindahkan hepatitis B
dari satu pasien kepada yang lainnya, kecuali dilakukan sterilisasi.
Oleh kerena
itu, jika perawatan hendak dilakukan dalam keadaaan asepsis, semua instrument
yang digunakan dalam ruang pulpa harus disterilisasi terlebih dahulu. Selain
itu, harus diingat bahwa semua instrument yang hendak di sterilisasi harus
digosok dan dibersihkan terlebih dahulu dengan deterjen dan air karena jika
terdapat sisa darah kering, jaringan, atau yang lainnya, dapat menghambat
jalannya sterilisasi.
Banyak cara
untuk mensterilisasikan instrument dan bahan-bahan endodontik ini, seperti:
a) Autoklaf
b) Oven
udara panas
c) Pemanas
kering
d) Sterilisasi
garam panas
2. Preparasi
cavity entrance dan pembersihan jaringan karies
Kedalaman
penetrasi lesi karies bukanlah memberi pengaruh yang bermakna pada ragangan
akhir preparasi. Bila ragangan preparasi hampir selesai dibuat maka dilakukan
evaluasi pengukuran penetrasi lateral dari karies dengan menggunakan sonde.
Jika ada karies dentin yang besar, eksavasi tidak menghilangkan karies yang
terletak didekat pulpa. Lesi ini dapat dibersihkan dengan menggunakan bur bulat
atau eksavator genggam. Bila digunakan dengan bur, sebaiknya bur kecepatan
rendah untuk mencegah pembuangan yang berlebihan. Ukuran mata burnya harus
besar dan disesuaikan dengan besar gigi dan besar karies dentin yang
tertinggal. Sewaktu karies dentin ini disingkirkan, warna dan tekstur dentin
yang tinggal dapat digunakan sebagai penuntun untuk mengetahui preparasi yang
tepat.
3. Membersihkan
permukaan preparasi
Setelah
preparasi kavitas, permukaan email dan dentin biasanya ditutupi oleh sisa
selapis tipis debris yang melekat erat. Penyingkiran lapisan tipis ini dapat
mengganggu kemapuan adaptasi terhadap dinding kavitas. Keadaan ini dapat
terdeteksi pada waktu penempatan restorasi, atau yang lebih buruk lagi, tidak
begitu nyata terlihat sampai beberapa waktu kemudian. Demikian pula, sifat optimal
semen gigi, khususnya semen polikarboksilat sangat dipengaruhi oleh kebersihan
permukaan preparasi pada waktu penambalan.
Natrium
hipoklorit (NaOCl) dalam berbagai konsentrasi adalah irigan yang paling popular
dan paling dianjurkan. Larutan ini tidak mahal, mudah diperoleh, mudah dipakai
dan memperoleh rating yang tinggi dalam penelitian. Penelitian in vitro
mengindikasikan bahwa NaOCl melarutkan jaringan dengan mudah, eksperimen pada
gigi cabutan dan penggunaan kliniknya tidak begitu mengesankan. Didalam saluran
akar, irigan tidak akan berkontak secara luas dan intim dengan semua daerah
jaringan. Selain itu, irigan tidak mempunyai akses yang cukup kedaerah yang
terpencilmdan derah-daerah yang mengalami penyimpangan anatomi dan oleh
karenanya aka nada daerah-daerah yang debridementnya tidak bisa dilakukan
dengan baik. Sedangkan Pemakaian peroksida hydrogen (H2O2)
sendiri tidak bermanfaat. Cara ini dahulu pernah popular dan bermanfaat tapi
karena ada efek berbusanya larutan akibatnya terbentuk O-nasen yang memudahkan
pembersihan debris ternyata, peningkatan debridement dengan cara ini tidak
terjadi.
Jarum
irigasi tersedia berbagai tipe jarum walaupun tidak ada satu pun yang tepat.
Yang penting adalah ukurannya yang harus kecil. Lebih disukai berukuran 27 atau
28. Jarum ukuran ini berpotensi untuk berpenetrasi lebih dalam sehingga
pengeluaran lautan dapat lebih baik demikian juga pembersihan debrisnya. Jarum
yang lebih kecil cenderung menjadi tersumbat; kecenderungan ini dapat
diminimalkan dengan aspirasi setiap setelah irigasi. Faktor yang paling penting
adalah penetrasi jarum dan volume irigasi. jarum yang kecil, bersama-sama
dengan irigasi yang banyak akan menghasilkan pembilasan yang lebih baik.
4. Menempatkan
Subbase:
Bahan
Subbase
• Ca(OH)2
Sampai saat
ini, kalsium hidroksida merupakan bahan direct pulp capping yang paling populer
sebagai terapi pulpa vital. Bahan ini mempunyai banyak kekurangan di antaranya
pada pH 12,5 menyebabkan terjadi nekrosis likuidasi terutama pada lapisan
superfisial pulpa. Efek toksik dari kalsium hidroksida yang kelihatannya
dinetralisir pada lapisan pulpa yang lebih dalam, justru menyebabkan nekrosis
koagulasi yang berbatasan dengan jaringan vital, menyebabkan iritasi ringan
pada pulpa. Pada proses kesembuhan, terjadi tunnel defectt pada pembentukan
jembatan dentin yang akan memudahkan masuknya bakteri dan memperlambat proses
kesembuhan. Untuk mencegah terjadinya infeksi, perlu mempercepat kesembuhan
dengan memicu proses regenerasi sel. Suatu proses kesembuhan diperlukan molekul
pensinyal untuk memulai kaskade siklus sel agar terjadi mitosis untuk
regenerasi odontoblas membentuk dentin reparatif.
Pada suatu penelitian dipakai TGF-β1 suatu growth factor sebagai molekul
pensinyal pada perawatan direct pulp capping. Suatu pendekatan baru berbasis
pengertian mekanisme seluler dan molekuler pada regulasi dentinogenesis.
Pemberian TGF - β 1 mempengaruhi respons inflamasi yang meliputi: meningkatkan
infiltrasi sel inflamasi, menurunkan perdarahan, vakuolisasi, nekrosis dan
angiogenesis. Pemberian TGF- β1 meningkatkan aktivitas fibroblas yang meliputi:
meningkatkan stellate fibroblast, odontoblastoid, mineralisasi, fosfatase
alkali dan sintesis kolagen tipe I. Pada pemberian TGF- β1, peningkatan
sintesis kolagen tipe I disebabkan oleh peningkatan diferensiasi odontoblastoid
dan seiring dengan berjalannya waktu, kolagen tipe I disintesis makin banyak.
Kalsium hidroksida tersedia dalam bentuk suspensi cair, bubuk, atau pasta.
Kalsium hidroksida diberikan sebagai pelapik yang banyak mengandung kalsium di
atas dentin yang baru dipotong atau sebagai insulator di atas bagian kavitas
yang lebih dalam. Bentuk pasta adalah yang paling populer karena bahan ini
dapat dengan mudah dipakai dan mengeras dengan cepat. Jenis bahan ini dipakai
dengan menggunakan instrumen yang sama untuk mencampur bahan. Sebelum
penempatan bahan, instrumen harus benar-benar bersih karena sebagian pelapik
bahan ini harus ditempatkan dengan sangat tepat untuk menghindari noda-noda
yang berserakan di semua tempat. (Baum, 1997)
Sejumlah instrumen dapat dipakai tergantung pada perlakuan yang diperlukan.
Ukuran dan lokasi preparasi menentukan instrumen yang paling tepat. Bagian
belakang eskavator yang kecil dapat digunakan dalam penempatan semen. Instrumen
yang efektif adalah aplikator yang berbentuk seperti sebuah sonde dengan
bulatan kecil pada ujungnya. Ujung yang bulat dicelupkan setengah ke dalam
campuran yang diinginkan saat menempatkan pasta di gigi atas (atau permukaan
“atas”). Jika lebih dari setengah alat ini dicelupkan, bahan tersebut tidak
akan tinggal pada ujung alat tadi tetapi akan terus mengalir ke tangkai
instrumen.
Preparasi
amalgam dan resin akan mempunyai underkut retentif pada dentin. Ada
kecenderungan yang kuat bahwa bahan pelapik, seperti misalnya Dycal, kunci mekanis
untuk retensi. Bila hal ini terjadi, alat-alat eksplorer atau pemotong
digunakan untuk membuang bahan dari sisi retensi setelah bahan itu mengeras.
Bahan pelapik mngeras dengan sangat cepat setelah dicampur, sehingga harus
ditempatkan langsung setelah pencampuran. Temperatur mulut mempercepat reksi
pengerasan ini. Kelembaban yang meningkat juga akan mengurangi waktu
pengerasan, keadaan ini disebabkan karena tidak memakai isolator karet. (Baum,
1997)
• Mineral
Trioxide Aggregate (MTA)
Mineral
Trioxide Aggregate (MTA) adalah bahan pengisi saluran akar yang dikembangkan di
Universitas Loma Linda. MTA memiliki kemampuan mengisi yang baik, tidak
bersifat toksik, tidak menimbulkan inflamasi, biokompatibel, mudah
memanipulasikannya, tidak terpenganih terhadap adanya kontaminasi darah, tidak
larut dan dapat merangsang pembentukan jaringan keras (tulang dan sementum).
Disamping itu MTA juga memiliki sifat antibakteri dan lebih radiopak dari
dentin schingga mempermudah membedakannya daJam radiografi. Karena sifat-sifatnya
ini MTA digunakan sebagai bahan perawatan dalam bidang endodontik yaitu:
sebagai perawatan perforasi saluran akar, pulpotomi, apeksifikasi akar dan
direct pulp capping
5. Melapisi
subbase dengan base
Base dan
liner.
Base (basis)
adalah bahan yang digunakan dalam bentuk yang relative tebal untuk menggantikan
dentin yang sudah rusak dan untuk melindungi pulpa dari iritasi kimia dan
fisik. (Eccles & Greene, 1994). Bahan basis berfungsi sebagai pelindung
terhadap iritasi kimia, menghasilkan penyekat terhadap panas dan menahan
tekanan yang diberikan semalam pemampatan bahan restorative. Kebutuhan akan
pelindung sebelum merestorasi bergantung pada perluasan lokasi preparasi dan
material restorasi yang akan digunakan. Karena memiliki tujuan yang sama, liner
dan base tidak dibedakan secara jelas. (Baum dkk, 1997)
Liner
merupakan lapisan tipis material yang digunakan sebagai barrier untuk
melindungi dentin dari reaktan residual yang berdifusi keluar dari
restorasi/cairan rongga mulut yang dapat menembus interface gigi-restorasi.
Liner juga sebagai penyekat elektrik material metalik, memberikan perlindungan
thermal dan medikasi pulpa. Kebutuhan liner bila akan dilakukan restorasi metal
yang luas ke pulpa yang tidak berikatan dengan struktur gigi seperti amalgam,
cast gold, atau restorasi indirect.
Basis
(biasanya 1-2 mm) digunakan untuk memberikan perlindungan termal untuk pulpa
dan menambahkan dukungan mekanis untuk restorasi dengan mendistribusikan stress
local dari restorasi ke permukaan dentin di bawahnya. Basis memberikan
perlindungan bagi pulpa :
- Protective
base : melindungi pulpa sebelum peletakkan bahan restorasi
- Insulating
base : melindungi pulpa dari shock termal
- Sedative
base : medikasi pulpa yang mengalami injury
(Gatot
Sutrisno, 2006)
6. Penumpatan
sementaraa
Keutuhan
struktur berperan amat penting dalam mempertahankan seal hermetik yang baik di
atas pulpa. Penempatan restorasi sementara yang stabil tanpa mengganggu bagian
oklusal dan periodontal gigi tidak selalu mudah dicapai. Restorasi sementara
harus protektif, rapat, dan bagus estetik serta fungsinya.
Tujuan restorasi sementara :
- Menutupi dentin yang terbuka dan mencegah kerusakan pulpa dan sakit atau
ketidaknyamanan bagi pasien. Jadi semen sementara juga harus non-iritasi
sehingga menjaga kenyamanan pasien selama periode waktu yang singkat.
- Mencegah kontaminasi kavitas dari
saliva dan benda asing lainnya.
- Mencegah pergerakan gigi atau
gigi-gigi sekitarnya baik ke lateral, dengan cara merestorasi titik kontak,
atau ke oklusal dengan merestorasi stop sentrik.
- Memungkinkan kelanjutan fungsi
gigi.
- Mempertahankan kondisi periodontal dan kebersihan mulut. Tidak
mempersulit pembersihan mulut dengan menutupi kavitas gigi. Jika kavitas
dibiarkan terbuka akan timbul masalah gingiva akibat sulit menjaga kebersihan
mulut.
7. Melakukan
kontrol seminggu kemudian
Kunjungan kedua:
1. Melakukan
tes vitalitas, tes perkusi dan tes tekan setelah membuka tumpatan sementara
a. Tes termal panas
Tes termal
digunakan untuk melihat apakah gigi masih dalam keadaan vital atau tidak.
Rangsangan yang menyebabkan ekspansi pulpa panas dapat diperoleh dari guta
perca yang dipanaskan. Lokasi yang diperiksa adalah daerah servikal gigi,
karena tubuli dentin lebih banyak dan lapisan enamel lebih tipis sehingga
rangsangan mudah dihantarkan. Bila timbul reaksi nyeri nyeri hebat akibat tes
termal, maka dapat dikurangi dengan melakukan tes termal yang berlawanan.
b. Tes
termal dingin
Tes termal
dingin akan menyebabkan vaso kontriksi. Rangsangan yang dapat menyebabkan
kontraksi pulpa diperoleh dari bulatan kapas kecil yang disemprot etil klorida
atau es berbentuk batang kecil. Bulatan kapas yang disemprot klor etil akan
diletakkan didaerah servikal.
c. Perkusi
Mengetuk
mahkota gigi dengan menggunakan pangkal kaca mulut untuk mengetahui nyeri
dengan melihat ekspresi penderita.
d. Druk
Mengetahui penjalanan keradangan dengan cara meletakan
pangkal kaca mulut di atas mahkota gigi kemudian penderita di minta menggigit
perlahan-lahan untuk mengetahui nyeri dengan melihat ekspresi penderita (bila
gigi lawan tidak cukup ditekan dengan pangkal kaca mulut).
2. Menanyakan
Keluhan penderita
Setelah
melakukan tes termal dan tes tekan serta tes perkusi lalu tanyakan keluhan
penderita, apabila sudah tidak ada keluhan maka langsung dilanjutkan dengan
tumpatan tetap sesuai dengan lesi kariesnya.
b. Pada lapisan
dentin lunak
Pengambilan
karies, jaringan karies diambil secara bertahap supaya tidak perforasi dan
dimaksudkan untuk terbentuknya dentin sekunder
Kunjungan pertama
1.
Asepsis
2.
Preparasi cavity entrance
3.
Pembersihan jaringan karies
4.
Membersihkan permukaan preparasi
5.
Menempatkan Subbase dengan bahan dan prosedur sama
dengan diatas
6.
Melapisi subbase dengan base
7.
Penumpatan sementaraa
8.
Melakukan control seminggu kemudian
Kunjungan kedua
1.
Melakukan Tes vitalitas, tes perkusi dan tes tekan
setelah membuka tumpatan sementara
2.
Menanyakan Keluhan penderita
Setelah melakukan tes termal dan tes tekan serta tes perkusi lalu tanyakan
keluhan penderita, apabila tidak ada keluhan maka subbase dan base dibuang dan
diganti yang baru setelah itu baru dilakukan penumpatan tetap.
BAB III
KESIMPULAN
Pulp capping adalah
suatu tindakan perlindungan terhadap pulpa vital dengan cara memberikan selapis
tipis material proteksi pada pulpa yang hampir terbuka (masih tertutup selapis
tipis dentin). Teknik perawatan pulp capping dapat dilakukan
dengan 2 cara yaitu secara tidak langsung (indirek) dan secara langsung
(direk).
Perawatan
pulpa dengan pulp capping diindikasikan untuk gigi-gigi vital dan gigi-gigi
dengan karies yang dalam (indirect) atau pada pulpa yang terbuka karena faktor
mekanis misalnya terbuka saat melakukan pengeburan (direct).
Prosedur
dari Perawatan Pulp Capping
Kunjungan
pertama
1.
Asepsis
2.
Pembersihan jaringan karies
3.
Membersihkan permukaan preparasi
4.
Menempatkan Subbase
5.
Melapisi subbase dengan base
6.
Penumpatan sementara
7.
Melakukan control
Kunjungan
II:
1.
Melakukan Tes vitalitas, tes perkusi dan tes tekan setelah membuka tumpatan
sementara
2.
Menanyakan Keluhan penderita
DAFTAR
PUSTAKA
Andlaw RJ, Rock WP. 1992. Perawatan gigi anak: A manual of
paedodontics. 2nd ed. Alih Bahasa. Agus Djaya. Jakarta: Widya Medika
Baum, Lloyd dkk. Buku Ajar
Ilmu Konservasi Gigi, alih bahasa, Rasinta Tarigan Edisi 3. 1997. Jakarta: EGC.
Harty FJ. 1992. Endodonti Klinis. 3rd ed. Alih Bahasa.
Lilian Yuwono. Jakarta: Hipokrates
Kennedy DB. 1993. Konservasi Gigi Anak: Paediatric Operative
Dentistry. 3rd ed. Alih Bahasa. Narlan Sumawinata. Jakarta: EGC
Tarigan R. 1994. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). 1st
ed. Jakarta: Widya Medika.
Langganan:
Postingan (Atom)